Sabtu, 04 Desember 2010

aktivitas warga lumpuh

Banjir di Surabaya semakin parah.Hujan yang turun selama lima jam kemarin merendam hampir seluruh kawasan di Surabaya. Akibatnya, aktivitas warga lumpuh.

Banjir terjadi setelah Surabaya diguyur hujan deras sejak Kamis malam hingga Jumat dini hari kemarin.Curah hujan yang tinggi membuat sejumlah sungai dan selokan tak mampu menampung air dan akhirnya meluap. Kondisi parah terlihat di kawasan Jalan Tanjungsari hingga Asem Mulyo. Air menggenangi kawasan ini hingga ketinggian paha orang dewasa.Tentu saja hal ini membuat kemacetan lalu lintas yang luar biasa hingga pada jalanjalan lain di sekitarnya.

Di pintu masuk Tol Dupak, misalnya, kendaraan hampir tidak bisa bergerak. Genangan di ruas sisi barat Pasar Turi hingga perempatan Jalan Dupak membuat kendaraan berjalan lambat.Ini diperparah dengan masih adanya penumpukan kendaraan di pintu Tol Dupak karena perbaikan jalan belum selesai. Kondisi sama terjadi di Jalan Brebek. Tingginya genangan air bahkan membuat kendaraan roda dua mogok dan kendaraan antre panjang.“Kami sulit melintas karena genangan cukup tinggi.

Bahkan, sekarang kendaraan saya mogok karena kemasukan air,”keluh Idam Kholid,salah seorang karyawan perusahaan ekspedisi di kawasan Jalan Rungkut Industri. Menurut Kholid,kawasan Brebek memang menjadi langganan banjir. Namun, menurut dia genangan kemarin paling parah.Tidak hanya tingginya yang hampir mencapai pusar,genangan ini pun tidak segera surut dalam waktu cepat.

Hal yang sama juga terjadi di Kandangan,Kecamatan Benowo. Arus air bahkan sampai menggerus landasan rel kereta api di KM 220+7/8. Akibatnya, KA hanya bisa melintas dengan kecepatan maksimal 5 km/jam pada titik tersebut. “Rel diketahui longsor sekitar pukul 04.00 WIB oleh penilik jalan,” ujar Kepala Administrasi Teknik Stasiun Kandangan Khoirul.

Untuk menghindari bahaya,sebagian warga memilih mengungsi. Di Stasiun Kandangan,warga naik ke gerbong-gerbong barang sejak Jumat dini hari. Mereka harus ke sana karena banjir merendam rumah.Ada pula warga mengungsi ke musala dan balai RW karena alasan yang sama. Warga di kawasan Kandangan, Banjar Sugihan, dan Pakal mengaku bahwa banjir kali ini paling buruk.

Biasanya air hanya menggenang sampai 10 sentimeter (cm).Namun, kemarin air bisa mencapai 60 cm. Banjir pun melanda Rumah Sakit Islam (RSI) Wonokromo.Beberapa dokter terpaksa menunda jadwal operasi karena air yang masuk dan menggenangi sebagian besar ruangan,termasuk ruang operasi. Air yang masuk ke RSI Siti Khadijah merupakan luberan air yang menggenangi kawasan Ketintang dan sekitarnya.

Tak ingin mengambil risiko, manajemen rumah sakit memilih menunda jadwal operasi pada sejumlah pasien. “Harusnya mulai pukul 13.00 WIB ada satu operasi usus buntu, dua operasi kandungan, dan dua operasi caesar. Untuk operasi caesar dipindah ke RSI Jemursari,” tutur Direktur RSI Wonokromo Samsul Arifin. Hal yang memprihatinkan, hingga siang kemarin genangan air juga tak kunjung surut. Ini membuat kemacetan parah di sejumlah ruas jalan protokol seperti Jalan A Yani dan Wonokromo.

Para pengendara terjebak di jalan tersebut. Sebab, jalan-jalan alternatif seperti Gayungsari dan Ketintang masih terendam. Banyak sepeda motor mogok karena digunakan untuk melewati banjir. Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan, tingginya curah hujan tersebut akibat dampak La Nina atau iklim basah. “Kami sedang melakukan beberapa upaya penanggulangan.

Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) saya ingatkan untuk terus memantau listrik lampu jalan agar jangan sampai membahayakan,” tandasnya. Tak hanya itu,kata dia,Pemkot Surabaya juga sedang membuat sumur-sumur di berbagai saluran di kawasan Surabaya Barat. Sumur-sumur itu akan menambah kapasitas saluran. “Arus air bisa dikurangi karena berbahaya jika arus terlalu deras.

Untuk genangan, sementara hanya bisa memaksimalkan rumah pompa,” ucapnya. Namun,beberapa rumah pompa diakui kekurangan daya sehingga tidak bekerja optimal. Karena itu, Pemkot akan memasang generator di beberapa rumah pompa. “Pemasangan ini untuk jaga-jaga kalau listrik ke rumah pompa mati,”tuturnya. Di tempat terpisah, pra-kirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Juanda, Ari Pulung, mengatakan bahwa pos pemantau hujan Perak 1 mencatat curah hujan 109,4 milimeter.

Sementara di pos Juanda tercatat 53,8 milimeter. “Curah hujan di atas 100 milimeter tergolong ekstrem,”katanya. Ada beberapa faktor yang diprakirakan menyebabkan curah hujan tinggi.Di kawasan timur Pulau Jawa ada tekanan angin rendah dan di Kalimantan ada pusaran angin Edi. Akibatnya, ada pertemuan angin yang melewati Surabaya.Angin itu membuat pertumbuhan awan hujan lebih aktif. “Kami sudah memberi peringatan, mulai November ini curah hujan tinggi. Musim penghujan sudah dimulai,”pungkasnya.

RSI Wonokromo Wadul Pemkot

Akibat banjir yang menggenangi RSI Wonokromo setinggi kurang lebih 35 cm kemarin, jadwal operasi terhadap lima pasien gagal dilaksanakan. Sementara operasi sejumlah pasien lain dialihkan ke RSI Jemursari berjarak kurang lebih 3 km. Sebagian lagi pasien diungsikan ke sejumlah ruang yang berada di lantai dua. Menurut manajemen rumah sakit, Banjir kali ini merupakan yang terparah sejak RSI Wonokromo berdiri.

Sejumlah ruangan yang tergenang air diantaranya, ruang bersalin, ruang rawat inap, ruang VIP, apotek, ruang administrasi dan juga ruang operasi. Parahnya banjir ini menyebabkan RSI Wonokromo meliburkan pelayanan bagi pasien rawat jalan. ”Kalau untuk yang emergency atau yang rawat inap, masih tetap kami layani. Tapi dilantai atas,” ujar Direktur RSI Wonokromo dr Samsul Arifin.

Dia menduga banjir terjadi akibat buntunya gorong-gorong yang berada di sekita RSI Wonokromo. Untuk itu, pada Selasa (7/12) mendatang,Arifin berencana menemui Pemkot Surabaya, khusus membicarakan masalah pembenahan gorong-gorong tersebut. ”Mungkin karena goronggorong buntu ya. Masalah goronggorong inilah yang akan saya bicarakan dengan Pemkot,”paparnya.

Ini diperparah dengan posisi lantai dasar RSI Wonokromo lebih rendah dari Jalan Ahmad Yani. Akibatnya, saat hujan deras air dengan mudah mengalir ke rumah sakit. Tahun-tahun sebelumnya, memang pernah terjadi banjir, tapi genangan hanya sebatas di lahan parkir. Ini disebabkan posisi tanah RSI masih lebih tinggi dari Jalan Ahmad Yani. Lantaran ada pengaspalan dan peninggian jalan, posisi RSI akhirnya menjadi lebih rendah. ”Kalau dulu RSI lebih tinggi, sekarang berubah jadi lebih rendah,” imbuh Arifin.